Sunday, September 23, 2018

KERUNTUHAN DINASTI UMAYYAH

Dinasti Umayyah berjaya kurang lebih 90 tahun, namun pada akhirnya mengalami masa-masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan pemerintahan, di samping munculnya berbagai tekanan dari luar,  berupa pemberontakan-pemberontakan.

Setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para Khalifah Bani Umayyah sangat lemah dan tidak bisa mengendalikan pemerintahan dan keamanan. Di kalangan keluarga internal Khalifah, sering terjadi pertikaian disebabkan perebutan kekuasaan mengenai siapa yang akan menduduki kekhalifahan sesudahnya.

Kurang lebih tujuh tahun setelah kekhalifahan Hisyam, penerusnya adalah al-Walid II, Yazid III, Ibrahim dan Marwan bin Muhammad. Al-Walid memerintah kurang lebih satu tahun 3 bulan, selanjutnya digantikan oleh Yazid III yang hanya memerintah kurang lebih enam belas bulan saja. Selanjutnya digantikan oleh Ibrahim bin al-Walid bin Abdul Malik, namun hanya berkuasa kurang lebih tiga bulan dan digantikan oleh Marwan. Selama masa kepemimpinannya, Khalifah Marwan disibukkan mengatasi berbagai pemberontakan, sampai akhirnya ia tewas  di medan perang.

Diantara beberapa peristiwa yang  mendorong  kemunduran Bani Umayyah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
(a) Figur Khalifah yang lemah. Sepeninggal Khalifah Hisyam, tidak ada khalifah yang kuat yang mampu mengkonsolidasikan pemerintahan, menjaga keutuhan dan kewibawaan negara.

(b) Tidak adanya ketentuan mekanisme pengangkatan khalifah, menimbulkan terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan anggota keluarga Bani Umayyah.

(c) Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus yang merupakan bekas ibu kota Kerajaan Bizantium, mengakibatkan gaya hidup mewah bangsawan Bizantium mulai mempengaruhi dan ditiru keluarga Dinasti Umayah.

(d) Para ulama merasa kecewa terhadap para penguasa yang tidak memiliki integritas keagamaan dan politik yang sesuai dengan nilai-nilai syari’at Islam.

(e) Pertentangan keras yang sudah sejak lama terjadi antara suku Arab Utara (disebut Arab Quraisy atau Mudariyah) yang menempati Irak dengan Arab Selatan (disebut Yamani atau Himyariyah) yang berdiam di wilayah Suriah mencapai puncaknya, karena para khalifah berpihak kepada suku Arab Yamani.

(f) Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab, yakni pendatang baru dari bangsa-bangsa yang dikalahkan yang disebut “Mawali”. Mereka bersama-sama bangsa Arab mengalami beratnya peperangan, tetapi diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua. Golongan non Arab, terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali menggambarkan inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.

(g) Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa kekhalifahan Khulafaur  Rasyidin yang terakhir, yaitu Khalifah Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

(h) Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori  oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim. golongan Syi`ah dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah

Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah benar-benar terjadi dengan kemenangan pasukan Abul Abbas yang didukung oleh pasukanAbu Muslim Al-Khurasani dalam pertempuran Zab Hulu melawan pasukan Khalifah Marwan pada tahun 748 M. Kekalahan ini menjadi akhir dari kekuasaan Dinasti Bani Umayyah dan menjadi awal berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah  mulai tahun 750 M -1258 M.

No comments:

Post a Comment

Syukron atas kunjungan dan komentarnya :)

Kisi-kisi Ujian MID Semester Genap Kelas 9 TA. 2020-2021

Tradisi keislaman Nusantara adalah adat kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat Nusantara yang...