Saturday, September 29, 2018

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Tusi Al-Syafi’i (450-505H/1058-1111M)

Nama lengkap Imam Al-Ghazali  ialah Muhammad bin Ahmad Al-Imamul Jalil Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali,  lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia pada  tahun 450 H /1058 M. Ayah Al-Ghazali  seorang pemintal  benang dan ahli tasawuf yang hebat.

Pada masa kecilnya ia sudah mempelajari ilmu fiqh kepada  Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Rozakani, teman ayahnya sekaligus orang tua asuh Al-Ghazali. Kemudian  belajar  kepada Imam Abi Nasar Al-Ismaili di negeri Jurjan. Selanjutnya, ia berangkat ke Nisafur dan belajar pada Imam Al-Haramain Al-Juwaini, guru besar di Madrasah Nizhamiyah Nisafur.  Dengan cepat Al-Ghozali dapat menguasai  ilmu –ilmu pengetahuan pokok, seperti ilmu matiq (logika), falsafah dan fiqh madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya ini Imam Al-Haramain mengatakan bahwa al-Ghazali itu adalah ”lautan tak bertepi’’.

Setelah Imam Al-Haramain wafat, Al-Ghazali meninggalkan Naishabur (Nisafur), pergi ke Mu’askar untuk mengunjungi  Perdana Menteri Nizam Al-Muluk, pemerintahan Bani Saljuk. Al-Ghazali  disambut dengan penuh kehormatan sebagai seorang ulama besar. Menteri Nizam Al-Muluk akhirnya melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M, sebagai guru besar pada perguruan Tinggi Nizamiyah  di kota Baghdad. Al-Ghazali kemudian mengajar di perguruan tinggi tersebut. Disamping  menjadi guru besar di Nizamiyah, Al-Ghazali   diangkat sebagai mufti untuk membantu  pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.

Al-Ghazali selalu hidup berpindah-pindah,  khususnya untuk mendalami pengetahuan. Setelah dari Baghdad  berangkat ke Syam, menetap hampir 2 (dua) tahun untuk berlatih   membersihkan diri,   menyucikan hati  dengan mengingat Tuhan dan beri’tikaf di mesjid Damaskus. Kemudian  menuju ke Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan Jerussalem, tempat di mana para Nabi sejak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa mendapat wahyu pertama dari Allah. Terus berangkat ke Mesir, yang merupakan pusat kedua bagi kemajuan dan kebesaran Islam sesudah Baghdad. Di  Mesir, dari Kairo dilanjutkan   ke Iskandariyah, selanjutnya ke Mekkah  untuk menunaikan rukun Islam yang kelima dan berzirah ke kuburan Nabi Ibrahim. Selanjutnya ia kembali ke Naisabur dan mendirikan Madrasah Fiqh dan  asrama (khanqah) untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa dalam paham sufi.

Al-Ghazali menulis banyak sekali kitab, meliputi bidang ilmu yang populer pada zamannya, di antaranya tentang tafsir al-Qur’an, ilmu kalam, ushul fiqh, fiqih, tasawuf, mantiq, falsafat, dan lain-lain. Beberapa yang sangat termasyhur dan banyak menjadi rujukan di lembaga-lemba pendidikan di Indonesia adalah:
a)  Ihya Ulum Ad-Din, yang  membahas ilmu-ilmu agama.
b) Tahafut al-Falasifah, menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari segi agama.
c)  Al-Munqidz min adh-Dhalal, menjelaskan tujuan dan rahasia-rahasia ilmu.
d)  Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam), 
e)  Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an)
f)  Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)
 g) Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentang arti nama- nama Tuhan).
h)  Al-Basith (fiqh).
i) Al-Mustasfa (ushul fiqh), dan lain-lain.
A-Ghazali  wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya pada tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun.

No comments:

Post a Comment

Syukron atas kunjungan dan komentarnya :)

Kisi-kisi Ujian MID Semester Genap Kelas 9 TA. 2020-2021

Tradisi keislaman Nusantara adalah adat kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat Nusantara yang...